Sifat-Sifat Surga dalam As-Sunnah Ash-Shahīhah
Orang yang Pertama Kali Masuk ke dalam Surga
عن أنس بن مالك - رضي الله عبه - قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((آتي بَاب الجنةِ يومَ القيامةِ فأستفتِح، فيقولُ الخازنُ : مَن أَنتَ ؟ فأقولُ : محمدٌ، فيقولُ : بكَ أُمرتُ لا أفتحُ لأحدٍ قبلَكَ)).
Dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Aku akan mendatangi pintu surga di hari kiamat kelak, lalu aku minta agar dibukakan. Penjaga pintu bertanya : ‘Siapakah engkau ?’. Aku menjawab : ‘Aku adalah Muhammad’. Ia berkata : ‘Hanya denganmu aku diperintahkan (agar) aku tidak membukanya untuk siapapun sebelummu”.[1]
عن حُذيفةَ قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((وَلَدُ آدَمَ كلُّهُم تحتَ لوائي يومَ القيامةِ، وأنا أولُ مَن يُفتَح له بابُ الجنةِ)).
Dari Hudzaifah ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa aalihi sallam : “Semua anak Adam di bawah benderaku/panjiku kelak di hari kiamat. Dan aku adalah orang yang pertama kali dibukakan pintu surga”.[2]
Sifat Rombongan yang Pertama Kali Masuk Surga
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : ((إن أول زُمرةٍ يدخلون الجنة على صورة القمر ليلة البدر، والذين يلونهم على أشدِّ كوكبٍ دُرِّيٍّ في السماءِ إضاءةً، لا يبولونَ، ولا يتغوَّطونَ، ولا يتمخطون، ولا يتفلون، أمشاطهم الذهب، ورشحهم المسك، ومجامرهم الألوَّة، وأزواجهم الحُور العِين، أخلاقهم على خلقِ رجلٍ واحدٍ؛ على صورةِ أبيهم آدمَ : ستون ذراعاً في السماء)).
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk surga dalam rupa seperti bulan purnama. Adapun rombongan setelah mereka dalam rupa bintang yang sangat terang di langit yang cerah. Tidaklah mereka buang air kecil, buang air besar, beringus, dan meludah. Sisir mereka terbuat dari emas, keringat mereka adalah misk (minyak wangi), mijmar (wadah minyak wangi) mereka adalah kayu gaharu India, istri-istri mereka adalah para bidadari, dan bentuk tubuh mereka semua sama, yaitu seperti bentuk tubuh ayah mereka Adam sepanjang enam puluh hasta menjulang ke langit”.[3]
Pintu-Pintu Surga
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((مَن أنفَقَ زوجين في سبيل الله؛ نودي مِن أبواب الجنة : يا عبد الله! هذا خيرٌ، فَمَنْ كان مِن أهلِ الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد، ومن كا من أهل الصيام دُعي من باب الريَّان، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة))، فقال أبو بكر الصديق - رضي الله عنه - : بأبي أنت وأمي يا رسول الله! ما على مَن دُعي من تلك الأبواب مِن ضرورة؛ فهل يُدعى أحدٌ من تلك الأبواب كلِّها : قال : ((نعم، وأرجو أن تكونونَ منهم)).
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang menginfakkan hartanya (budak, kuda, atau onta) di jalan Allah, niscaya ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga : ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Barangsiapa termasuk orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa termasuk orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyaan. Dan barangsiapa termasuk orang yang gemar bershadaqah, maka ia akan dipanggil dari pintu shadaqah”. (Mendengar itu) Abu Bakr Ash-Shiddiiq radliyallaahu ‘anhu berkata : “Demi ayah dan ibuku wahai Rasulullah, sungguh tidak ada kesedihan sedikitpun bagi orang yang dipanggil oleh pintu-pintu tersebut. (Namun) apakah ada seorang yang dipanggil oleh semua pintu tersebut ?”. Beliau menjawab : “Ya ada, dan aku berharap engkau salah seorang di antaranya”.[4]
عن سهل بن سعد قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((في الجنة ثمانيةُ أبوابٍ، منها بابٌ يُسمَّى الريَّان لا يدخله إلا الصائمون)).
Dari Sahl bin Sa’d ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Dalam surga ada delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan Ar-Rayyaan yang tidak akan dimasuki kecuali orang-orang yang berpuasa”.[5]
Tidak Ada Kematian di dalam Surga
عن أبي سعيد وأبي هريرة - رضي الله عنهما - أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إذا دخل أهلُ الجنةِ الجنةَ ينادِي مُنادٍ : إِنَّ لكم أن تحيَوا فلا تموتوا أبداً، وإنَّ لكم أن تصحُّوا فلا تسقموا أبداً، وإنَّ لكم أن تشبُّوا فلا تهرموا أبداً، وإنَّ لكم أنْ تُنعموا فلا تبأسوا أبداً)).
Dari Abu Sa’iid dan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhumaa : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Apabila penduduk surga telah memasuki surga, maka seorang penyeru menyerukan : ‘Sesungguhnya kalian akan tetap hidup dan tidak akan mati selamanya, akan tetap sehat dan tidak akan sakit selamanya, akan tetap muda dan tidak akan menjadi tua selamanya, serta akan tetap mendapat kenikmatan dan tidak akan mendapatkan kesusahan selamanya”.[6]
Berbagai Macam Kedudukan dan Tingkatan dalam Surga
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - : عن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : مَن آمن بالله ورسوله، وأقام الصلاة، وصام رمضان؛ كان حقاً على الله أن يُدخلَه الجنة؛ هاجرَ في سبيل الله، أو جلس في أرضه التي وُلد فيها))، قالوا : يا رسول الله! أفلا نُنبِئُ الناسَ بذلك ؟ قال : ((إنَّ في الجنة مئةَ درجةٍ أعدَّها اللهُ للمجاهدين في سبيله، كل درجتين ما بينهما كما بين السماء والأرض، فإذا سألتُم اللهَ فسلُوهُ الفردوسَ الأعلى؛ فإنَّهُ أَوسطُ الجنةِ وأعلى الجنة، وفوقه عرشُ الرحمن، ومنه تُفجر أنهار الجنة)).
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah, mendirikan shalat, dan berpuasa di bulan Ramadlan, maka wajib bagi Allah memasukkannya ke dalam surga. Ia berhijrah di jalan-Nya atau tetap tinggal di negeri tempat ia dilahirkan”. Para shahabat bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memberitahu orang-orang mengenai hal itu ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya di dalam surga ada seratus tingkatan yang disediakan Allah bagi orang-orang yang berjihad di jalan-Nya. Setiap dua tingkatan seperti jarak antara langit dan bumi. Apabila kalian meminta (berdoa) kepada Allah, maka mintalah Firdaus yang tertinggi. Sesungguhnya ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahman (Allah). Dari sanalah sungai-sungai surga mengalir”.[7]
Penduduk Surga dan Sifat-Sifatnya
عن معاذ بن جبل - رضي الله عنه - : أن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((يدخلُ أهلُ الجنةِ الجنةَ جُرداً مُرداً كأنهم مُكحَّلون، أبناء ثلاثين أو ثلاث وثلاثين سنة)).
Dari Mu’aadz bin Jabal radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Akan masuk sekelompok orang ke dalam surga dalam keadaan rambut mereka pendek lagi jarang, seakan-akan mata mereka bercelak. Usia mereka tiga puluh atau tiga puluh tiga tahun”.[8]
وعن أبي هريرة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((يدخلُ الجنةَ أقوامٌ أفئدتهم مثلُ أفئدةِ الطَّير)).
Daru Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Akan masuk ke dalam surga satu kaum yang hati mereka seperti hati seekor burung”.[9]
وعن أنس - رضي الله عنه - : عن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((يُعطى المؤمنُ في الجنة قوة كذا وكذا مِن الجماع))، قيل : يا رسول الله! أو يطيق ذلك ؟ قال : ((يُعطى قوة مئة)).
Dan dari Anas radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda : “Seorang mukmin akan diberi kemampuan sekian dan sekian, yaitu dalam hal jima’”. Dikatakan : “Wahai Rasulullah, apakah ia mampu melakukannya ?” Beliau bersabda : “Ia diberikan kemampuan semisal seratus orang lak-laki”.[10]
وعن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((مَن يدخل الجنةَ ينعم ولا يبأس، ولا تَبلى ثيابُهُ، ولا يَنفى شبابُه)).
Dan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Barangsiapa yang masuk surga, ia akan diberikan kenikmatan tanpa ada kesusahan, tidak menjadi usang/lusuh baju (yang dipakainya), dan tidak pula hilang kebugarannya”.[11]
Wanita Penduduk Surga
عن أنس بن مالك - رضي الله عنه - قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((لروحة في سبيل الله، أو غدوة، خير من الدنيا وما فيها، ولقاب قوس أحدكم من الجنة، أو موضع قيد - يعني سوطه - خير من الدنيا وما فيها، ولو أن امرأة من أهل الجنة اطلعت إلى أهل الأرض لأضاءت ما بينهما، ولملأته ريحا، ولنصيفها على رأسها خير من الدنيا وما فيها)).
Dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Berangkat pagi-pagi atau siang di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan sungguh, satu jarak busur kalian di surga atau tempat kuda kait – yaitu di (tempat) cambuknya bagian tengahnya – lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan apabila wanita penduduk surga (bidadari) menampakkan diri kepada penduduk dunia, niscaya cahaya tubuhnya akan menerangi antara keduanya; serta bumi akan dipenuhi oleh keharuman baunya. Dan sungguh, penutup kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan seisinya”.[12]
وعن عبد الله بن عمرَ - رضي الله عنه - : أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إِنَّ أزواج أهل الجنةِ لَيُغَنِّينَ أزواجهنَّ بأحسن أصواتٍ ما سمعها أحدٌُ قط، إن مما يُغنِّين :
((نحن الخيِّرات الحِسان)) ((أزواج قوم كِرام))
((ينظرونَ بِقرَّة أعيان))
وإن مما يُغنِّينَ به :
((نحن الخالدات يمتنه)) ((نحن الآمِناتُ فلا يخفنه))
((نحن المقيمات فلا يظعنه)).
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya istri-istri penduduk surga mendendangkan untuk para suami mereka dengan suara yang sangat indah/merdu yang tidak pernah didengar seorangpun (di dunia). Di antara yang mereka dendangkan adalah :
‘Kami adalah para wanita yang cantik jelita,
istri orang-orang yang mulia,
Kami melihat dengan mata yang indah’
Dan juga diantara yang mereka dendangkan :
‘Kami adalah para wanita yang kekal dan tidak akan mati,
kami adalah wanita yang aman tanpa ada takut
Kami adalah para wanita yang menetap dan tidak akan pindah”.[13]
Makanan dan Minuman Penduduk Surga
عن جابر - رضي الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((يَأكُلُ أهلُ الجنةِ فيها ويشربونَ، ولا يتغوَّطونَ، ولا يمتخِطون، ولا يبولون، ولكن طعامُهم ذاك جُشاءٌ كَرَشحِ المُسك، يُلهَمون التسبيح كما يُلهَمون النفس)).
Dari Jaabir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Penduduk surga makan dan minum di dalamnya, tidak buang air besar, tidak beringus, dan tidak pula buang air kecil. Namun makanan mereka itu adalah sendawa yang baunya seperti percikan misk. Mereka diilhami untuk bertasbih sebagaimana mereka diilhami untuk bernapas”.[14]
وعن معاوية بن حَيدة قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((إِنَّ في الْجنةِ : بَحر الماء، وبحر العَسل، وبحر اللبَن، وبحر الخمرِ، ثم تشققُ الأنهارُ بعد)).
Dan dari Mu’aawiyyah bin Haidah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Sesungguhnya di surga terdapat lautan air, lautan madu, lautan susu, dan lautan khamr; dan kemudian bercabang menjadi sungai-sungai”.[15]
وعن أنس قال : قال النبيُّ - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((هل تدرون ما الكَوثَر؟ هو نهرٌ أعطانيهِ ربِّي في الجنة، عليه خيرٌ كثيرٌ، تَرِدُ عليه أمتي يوم القيامة، آنِيَّتُهُ عدد الكواكب، يختلجُ العبدُ منهم فأقولُ : يا ربِّ إنه مِن أمتي، فيُقال : إنك لا تدري ما أحدثوا بعدكَ)).
Dan dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Apakah kalian mengetahui apa itu Al-Kautsar ? Ia adalah sungai yang diberikan oleh Rabb-ku di surga. Padanya terdapat kebaikan yang sangat banyak. Umatku kelak akan mendatanginya di hari kiamat. Bejananya sebanyak bintang. Ada seorang hamba yang menjauh, lalu aku katakan : ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya ia termasuk umatku’. Maka dikatakan : ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah mereka ada-adakan sepeninggalmu”.[16]
Pemandangan dari Surga
Di surga ada kenikmatan yang kekal, kebaikan yang merata, dan rahmat dari Ar-Rahmaan Ar-Rahiim.
Di sana ada dipan-dipan tinggi yang diliputi kebersihan, sebagaimana diliputi dengan kesucian. Dan di sana terdapat gelas-gelas yang suci yang disediakan untuk diminum. Tidak perlu meminta dan dipersiapkan. Bantal-bantal dan tilam-tilam untuk bertelekan waktu beristirahat. Karpet-karpet dan sajadah-sajadah terhampar dimana-mana untuk perhiasan dan duduk bersenang-senang.
Semua nikmat yang disebutkan dalam Kitabullah atau Sunnah Nabi-Nya ini namanya sama dengan yang dilihat manusia di dunia. Akan tetapi…. ketika disebut benda-benda ini, hanya sebagai penamaan agar dipahami oleh penduduk dunia. Adapun yang sebenarnya dan hakekat kesenangan-kesenangan ini diserahkan kepada Allah Yang Maha Agung, Maha Bijaksana lagi Maha menegakkan langit-langit dan bumi.
Adapun pembawaannya, diserahkan kepada segenap kemampuan mereka di sana. Diserahkan kepada panca indera orang-orang yang diberikan kemampuan oleh Allah. Kehidupan penduduk di surga, semuanya berisi kesejahteraan, diliputi dan dipenuhi kesejahteraan. Para malaikat mengucapkan salam sejahtera kepada mereka dalam suasana yang sentausa. Mereka saling mengucapkan salam, dan mereka dikirimi salam oleh Ar-Rahmaan. Maka semua keadaannya berisi salam kesejahteraan.[17]
a. Kamar-Kamarnya.
عن أبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - : أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إنَّ أهلَ الجنةِ لَتَرَاءَون أَهل الغرفِ مِن فوقهِم كما تتراءَونَ الكَوكبَ الدُّرِّيَّ الغابرَ في الأفقِ من المشرق أو المغرب؛ لتفاضُل ما بينهم)) قالوا : يا رسولَ الله! تلك منازلُ الأنبياء، لا يبلُغها غيرهم ؟ قال : ((بلى، والذي نفسي بيده؛ رجالٌ أمنوا بالله، وصدَّقوا المُرسَلين)).
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya penduduk surga saling dapat melihat penduduk surga yang terletak kamar di atasnya sebagaimana mereka saling melihat bintang yang bersinar terang di ufuk sebelah timur atau barat, dikarenakan perbedaan keutamaan di antara mereka”. Para shahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kedudukan para nabi itu, apakah tidak dapat dicapai oleh selain mereka ?”. Beliau menjawab : “Tentu saja untuk para Nabi. (Namun) demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, (kedudukan itu dapat dicapai oleh) orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul”.[18]
وعن أبي مالكٍ الأشعري : أنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إِنَّ في الجنةِ غُرَفاً يُرى ظاهرها مِن باطنها، وباطنها مِن ظاهرها، أعدَّها اللهُ لمن أطعم الطعام، وألان الكلامَ، وتابع الصِّيام، وصلَّى بالليلِ والناسُ نِيَام)).
Dari Abu Maalik Al-Asyariy : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di dalam surga terdapat kamar-kamar yang dapat dilihat bagian luarnya dari dalam, dan bagian dalamnya dari luar; yang disediakan Allah bagi orang yang memberikan makanan, melembutkan ucapan, selalu berpuasa, dan mengerjakan shalat malam saat orang-orang tidur lelap”.[19]
b. Kemah-Kemah, Taman-Taman, dan Debu-Debu Surga.
عن أبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - : أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إنَّ للمؤمنِ في الجنةِ لخَيمةً من لؤلؤةٍ واحدةٍ مُجوفةٍ، طولها ستون ميلاً، للمؤمنِ فيها أهلونَ يطوفُ عليهم المؤمنُ فلا يرى بعضُهُمْ بعضاً)).
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya bagi seorang mukmin diberikan satu kemah di surga yang terbuat dari mutiara yang berongga. Panjangnya enam puluh mil. Dan bagi seorang mukmin disediakan beberapa orang istri yang selalu digilirnya, dimana masing-masing (istri itu) tidak bisa melihat satu dengan yang lainnya”.[20]
Dan dalam hadits Israa’ :
عن أنس بن مالك - رضي الله عنه - : عن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((.....ثم انطلق بي جبريلُ حتى نأتيَ سدرةَ المنتهى، فغَشيَهَا ألوانٌ لا أدري ما هي! قال : ثم أُدخِلْتُ الجنةَ فإذا فيها جنابذ اللؤلؤِ، وإذا ترابُها المِسك)).
Dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda : “….kemudian Jibriil berjalan bersamaku hingga kami sampai di Sidratul-Muntahaa. Ternyata ia dilingkupi oleh warna-warni yang aku tidak tahu apa itu”. Beliau berkata : “Kemudian aku dimasukkan ke surga, yang ternyata di dalamnya ada kemah-kemah dan kubah-kubah dari mutiara. Dan debunya terbuat dari misk”.[21]
وعن أبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((جنتانِ مِن فضَّةٍ آنيتُها وما فيها، وجنتانِ مِن ذهبٍ آنيتها وما فيها، وما بين القومِ وبين أن ينظروا إلى ربِّهِم إلا رِداءِ الكبرياءِ على وجههِ في جنة عدن)).
Dari Abu Musa Al-Asy’ariy radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Dua buah surga terbuat dari perak, juga bejana-bejana dan segala yang terdapat di dalamnya. Dua buah surga terbuat dari emas, juga bejana-bejana dan segala yang terdapat di dalamnya. Tidaklah ada (penghalang) antara satu kaum dengan pandangan mereka kepada Rabb mereka kecuali selendang kebesaran di wajah-Nya di surga ‘Adn”.[22]
c. Pohon-Pohonnya
عن أبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - : عن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إِنَّ في الجنةِ شجرةً يسيرُ الراكبُ الجوادُ المضمَّرُ مئةَ عامٍ ما يقطعُهَا)).
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu : Dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya di surga terdapat satu pohon yang seandainya seorang berjalan dengan satu kendaraan yang paling bagus dan mampu berjalan lama selama seratus tahun, niscaya tidak akan selesai melewatinya”.[23]
وعن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((ما في الجنة شجرةٌ إلا وساقُها مِن ذهبٍ)).
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Tidaklah ada satu pohon pun di surga kecuali batangnya terbuat dari emas”.[24]
d. Pasarnya.
عن أنس بن مالك - رضي الله عنه - : أن رسولَ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : ((إِنَّ في الجنة لسوقاً يأتونها كلَّ جمعةٍ، فتهُبُّ ريحُ الشَّمال، فتحثو في وجوههم وثيابهم، فيزدادون حُسناً وجمالاً، فيرجعون إلى أهليهم وقد ازدادوا حُسناً وجمالاً، فيقول لهم أهلوهم : والله لقد ازدَدْتُم بَعدنا حُسناً وجمالاً، فيقولون : وأنتم واللهِ لقد ازددتُم بعدنا حُسناً وجمالاً)).
Dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di surga terdapat pasar yang diramaikan hanya pada hari Jum’at. Maka ketika itu angin berhembus dari arah utara dan menerpa wajah-wajah dan pakaian mereka sehingga menambah indah dan rupawan. Mereka pun kembali pada keluarga mereka yang juga bertambah indah dan rupawan. Keluarga mereka berkata : ‘Demi Allah, sungguh engkau bertambah indah dan rupawan’. Mereka pun berkata : ‘Dan kalian, demi Allah, juga bertambah indah dan rupawan”.[25]
e. Istana-Istananya.
عن جابر بن عبد الله - رضي الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((دخلتُ الجنةَ فإذا أنا بقصرٍ مِن ذهبٍ، فقلتُ : لِمَن هذا ؟ قالوا : لِرجلٍ من قريش. فظننتُ أني أنا هو، فقلتُ : ومَن هو : قالوا : عمر بن الخطاب، فما منعني أن أدخلَه يا ابن الخطاب إلا ما أعلمُ من غَيْرتك)). قال : وعليك أغار يا رسول الله؟!.
Dari Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Aku pernah masuk ke surga, yang ternyata di dalamnya terdapat istana dari emas. Aku bertanya : ‘Untuk siapakah ini ?’. Mereka berkata : ‘Untuk seorang laki-laki dari Quraisy’. Aku menyangka bahwa akulah orang tersebut. Lalu aku pun kembali bertanya : ‘Siapakah ia ?’. Mereka menjawab : ‘’Umar bin Al-Khaththaab’. Tidak ada yang menghalangiku untuk memasukinya wahai Ibnul-Khaththaab, kecuali apa yang aku ketahui dari kecemburuanmu”. ‘Umar berkata : “Apakah aku akan cemburu kepadamu wahai Rasulullah ?!”.[26]
f. Sungai-Sungainya.
عن أنس بن مالك - رضي الله عنه - قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((دخلتُ الجنةَ فإذا أنا بنهرٍ حافَّتاهُ خيام اللؤلؤ، فضربتُ بيديَّ إلى ما يجري فيه الماء، فإذا مِسكٌ أذْفُر، فقلتُ : ما هذا يا جبريل ٕ قال : هذا الكوثرُ الذي أعطاكه اللهُ)).
Dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Aku pernah masuk ke surga yang ternyata di dalamnya terdapat sungai yang di pinggirnya terdapat kemah-kemah dari mutiara. Lalu aku memukulkan tanganku ke air yang mengalir itu. Ternyata airnya adalah misk yang sangat harum baunya. Aku bertanya : ‘Apakah ini wahai Jibril ?’. Ia menjawab : ‘Ini adalah Al-Kautsar yang Allah berikan untukmu”.[27]
Kemuliaan yang Paling Besar di Surga
عن صهيب بن سنان قال : قال رسولُ الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((إذا دخل أهلُ الجنةِ الجنةَ، وأهلُ النارِ النارَ، نادى مُنَادٍ : يا أهل الجنة! إنَّ لكم عند اللهِ موعداً يُريدُ أن يُنجِزكموه، فيقولون : وما هو؟ ألم يُثقِّل اللهُ موازيننا، ويبيِّض وجوهَنا، ويدخلنا الجنة، وينجينا من النار؟ فيُكشَف الحجاب، فينظرون إليه، فواللهِ ما أعطاهُم اللهُ شيئاً أحبَّ إليهم من النظر إليه، ولا أقرَّ لأَعينهم)).
Dari Shuhaib bin Sinaan, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga dan penduduk neraka telah masuk neraka, berserulah seorang penyeru : ‘Wahai penduduk surga, sesungguhnya kalian mempunyai janji di sisi Allah yang Ia ingin tunaikan kepada kalian’. Mereka berkata : ‘Apakah itu ? Bukankah Allah telah memberatkan timbangan-timbangan kami, memutihkan wajah-wajah kami, memasukkan kami ke dalam surga, dan menyelamatkan kami dari api neraka ?’. Maka disingkapkanlah hijab, lalu mereka melihat-Nya. Maka demi Allah, tidak ada sesuatupun yang Allah berikan kepada mereka yang lebih dicintai oleh mereka dan lebih menyenangkan mereka daripada melihat kepada wajah-Nya”.[28]
Kedudukan Penduduk Surga Paling Rendah dan Paling Tinggi
عن مغيرة بن شُعبة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - : ((سأل موسى ربه: ما أدنى أهل الجنة منزلة؟ قال: هو رجل يجيء بعد ما أدخل أهل الجنة الجنة فيقال له: ادخل الجنة . فيقول أي رب ! كيف؟ وقد نزل الناس منازلهم وأخذوا أخذاتهم؟ فيقال له: أترضى أن يكون لك مثل ملك ملك من ملوك الدنيا؟ فيقول: رضيت، رب! فيقول: لك ذلك ومثله ومثله ومثله ومثله. فقال في الخامسة: رضيت، رب! فيقول: هذا لك وعشرة أمثاله. ولك ما اشتهت نفسك ولذت عينك. فيقول: رضيت، رب! قال: رب! فأعلاهم منزلة؟ قال: أولئك الذين أردت غرست كرامتهم بيدي. وختمت عليها. فلم تر عين ولم تسمع أذن ولم يخطر على قلب بشر)).
Dari Mughiirah bin Syu’bah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam : “Musa pernah bertanya kepada Rabbnya : ‘Siapakah yang termasuk penduduk surga paling rendah kedudukannya ?’. Allah berfirman : ‘Ia adalah laki-laki yang datang setelah penduduk surga dimasukkan ke dalam surga. Dikatakan kepadanya : ‘Masuklah ke dalam surga’. Laki-laki tersebut berkata : ‘Wahai Rabbku bagaimana caranya ?. Semuanya telah menempati tempatnya masing-masing dan mengambil bagiannya’. Dikatakan kepadanya : ‘’Apakah engkau ridla jika diberikan kepadamu apa-apa yang dimiliki oleh seorang raja di antara raja-raja dunia ?’. Ia berkata : ‘Ya, aku ridla’ wahai Rabbku!. Allah berfirman : ‘Bagimu yang semisalnya, yang semisalnya, yang semisalnya, dan yang semisalnya’. Dan ia berkata untuk yang kelima kalinya : ‘Aku ridla wahai Rabbku!’. Allah kembali berfirman : ‘Ini bagimu sepuluh kali lipatnya. Dan bagimu pula segala apa yang diinginkan jiwamu dan yang menyenangkan pandanganmu’. Ia berkata : ‘Aku ridla, wahai Rabbku’. Musa bertanya : ‘Wahai Rabb, siapakah orang yang mempunyai kedudukan paling tinggi ?’. Allah berfirman : ‘Mereka adalah orang-orang yang aku pilih. Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri dan Aku tutup dengannya. Kenikmatan itu tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas oleh jiwa manusia”.[29]
Ketahuilah – wahai hamba Allah – bahwa para penghuni surga adalah orang-orang yang merasa takut kepada Allah. Rasa takut yang mendorong kpada kebaikan dan mencegah dari setiap kemunkaran. Perasaan ini yang menyingkirkan segenap rintangan dan menyingkap tirai. Dan hati melebur di hadapan Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Rasa takut inilah yang membuat ibadah dan amal menjadi ikhlash, bersih dari noda-noda riya’ dan syirik di setiap gambarannya.
Maka orang yang takut kepada Rabbnya dengan benar, tidak kuasa untuk memberikan tempat di hatinya untuk tidak ikhlash kepada Allah. Dia tahu bahwa Allah akan menolak setiap amal yang juga diberikan kepada selain-Nya. Allah adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan kepada penyekutuan. Amalan itu harus ikhlash untuk-Nya. Kalau tidak, niscaya Dia tidak akan menerimanya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda :
قال اللهُ تعَلى : أنا أغنَى الشُّركاء عن الشرك، مَن عمل عملاً أشركَ فيه معيَ غيري؛ تركتُه وشركَه
“Allah ta’ala berfirman : ‘Aku adalah sekutu yang paling yang tidak butuh kepada penyekutuan. Barangsiapa yang beramal dengan menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan ia dan penyekutuannya”.[30]
Maka penduduk surga adalah orang-orang yang bertaqwa, takut, lagi mendekatkan diri kepada Allah. Allah ‘azza wa jalla tidak akan menggabungkan dua rasa takut pada satu jiwa, yaitu takut kepada dunia dan takut kepada-Nya di hari kiamat.
Barangsiapa yang takut kepada-Nya di dunia, niscaya Allah akan memberikan rasa aman kepadanya di hari akhirat. Dan bersamaan rasa aman di tempat yang mengerikan, juga diberikan rasa dekat dan pemuliaan.[31]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda :
قال اللهُ عزَّ وجلَّ : لا أجمعُ على عبدِي خَوفَيِنِ، ولا أجمعُ له أَمنَين، فإِنْ أمِنَني في الدنيا؛ أخفتُه يوم القيامة، وإن خافني في الدنيا؛ أمنتُه يوم القيامة.
“Allah ‘azza wa jalla berfirman : ‘Aku tidak akan menghimpun dua rasa takut pada hamba-Ku dan tidak pula menghimpun baginya dua rasa aman. Apabila ia merasa aman dari-Ku di dunia, maka aku memberikannya rasa takut di hari kiamat. Apabila ia takut kepada-Ku di dunia, akan Aku beri rasa aman kepadanya di hari kiamat”.[32]
[Asy-Syaikh ‘Aliy bin Hasan Al-Halabiy Al-Atsariy – Al-Jannah, Na’iimuhaa wath-Thariiqu Ilaihaa, hal. 13-24 – Muntadayaatu Kullil-Salafiyyiin – http://www.kulalsalafiyeen.com – http://abul-jauzaa.blogspot.com].
____________________
[1] Diriwayatkan oleh Muslim no. 188.
[2] Shahiihul-Jaami’ no. 6995.
[3] Muttafaqun ‘alaihi.
[4] Muttafaqun ‘alaih.
[5] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.
[6] Diriwayatkan oleh Muslim.
[7] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy. Lihat dalam Manaazilul-Jannah – juga – Shahiihul-Jaami’ no. 7873.
[8] Shahiihul-Jaami’ no. 7928.
[9] Yaitu dalam hal kelembutan, ketakutan, dan kehormatan. Shahiihul-Jaami’ no. 7924.
[10] Shahiihul-Jaami’ no. 7962.
[11] Diriwayatkan oleh Muslim.
[12] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.
[13] Shahiihul-Jaami’ no. 1557.
[14] Diriwayatkan oleh Muslim.
[15] Shahiihul-Jaami’ no. 2118.
[16] Shahiihul-Jaami’ no. 6904.
[17] Al-Yaumul-Aakhir fii Dhilaalil-Qur’aan, hal. 321-322 – dengan perubahan.
[18] Muttafaqun ‘alaihi.
[19] Shahiihul-Jaami’ no. 2119.
[20] Muttafaqun ‘alaihi.
[21] Muttafaqun ‘alaihi.
[22] Muttafaqun ‘alaihi.
[23] Muttafaqun ‘alaihi.
[24] Shahiihul-Jaami’ no. 5523.
[25] Diriwayatkan oleh Muslim.
[26] Muttafaqun ‘alaihi.
[27] Shahiihul-Jaami’ no. 3260.
[28] Shahiihul-Jaami’ no. 535. Lihat Syarh Al-‘Aqiidah Ath-Thahaawiyyah hal. 144 dan Mawaaridudh-Dham’aan li-Duruusiz-Zamaan 4/131-136.
[29] Diriwayatkan oleh Muslim.
[30] Diriwayatkan oleh Muslim.
[31] Al-Yaumul-Aakhir fii Dhilaalil-Qur’an hal. 332-333.
[32] Shahiihul-Jaami’ no. 4208.
Source : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/11/sifat-sifat-surga-dalam-as-sunnah-ash.html
[2] Shahiihul-Jaami’ no. 6995.
[3] Muttafaqun ‘alaihi.
[4] Muttafaqun ‘alaih.
[5] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.
[6] Diriwayatkan oleh Muslim.
[7] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy. Lihat dalam Manaazilul-Jannah – juga – Shahiihul-Jaami’ no. 7873.
[8] Shahiihul-Jaami’ no. 7928.
[9] Yaitu dalam hal kelembutan, ketakutan, dan kehormatan. Shahiihul-Jaami’ no. 7924.
[10] Shahiihul-Jaami’ no. 7962.
[11] Diriwayatkan oleh Muslim.
[12] Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.
[13] Shahiihul-Jaami’ no. 1557.
[14] Diriwayatkan oleh Muslim.
[15] Shahiihul-Jaami’ no. 2118.
[16] Shahiihul-Jaami’ no. 6904.
[17] Al-Yaumul-Aakhir fii Dhilaalil-Qur’aan, hal. 321-322 – dengan perubahan.
[18] Muttafaqun ‘alaihi.
[19] Shahiihul-Jaami’ no. 2119.
[20] Muttafaqun ‘alaihi.
[21] Muttafaqun ‘alaihi.
[22] Muttafaqun ‘alaihi.
[23] Muttafaqun ‘alaihi.
[24] Shahiihul-Jaami’ no. 5523.
[25] Diriwayatkan oleh Muslim.
[26] Muttafaqun ‘alaihi.
[27] Shahiihul-Jaami’ no. 3260.
[28] Shahiihul-Jaami’ no. 535. Lihat Syarh Al-‘Aqiidah Ath-Thahaawiyyah hal. 144 dan Mawaaridudh-Dham’aan li-Duruusiz-Zamaan 4/131-136.
[29] Diriwayatkan oleh Muslim.
[30] Diriwayatkan oleh Muslim.
[31] Al-Yaumul-Aakhir fii Dhilaalil-Qur’an hal. 332-333.
[32] Shahiihul-Jaami’ no. 4208.
Source : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/11/sifat-sifat-surga-dalam-as-sunnah-ash.html
Post a Comment