KEGADUHAN ITU DARI MANA BERMULA?
Kegaduhan itu dari mana bermula?
Ustādz DR. Musyaffa ad Dariny, MA hafidzahullāh
Jawabannya, biasanya datang dari orang yg ilmunya masih setengah-setengah, belum matang.
Imam Syaukani -rahimahullah- menukil perkataan seorang ulama di zamannya, "Ali bin Qaasim Hanasy" (wafat 1219 H):
"Manusia itu terbagi menjadi tiga tingkatan:
(Pertama): Tingkatan atas, yaitu tingkatan para ulama besar, mereka adalah orang-orang yg mengetahui mana yg benar dan mana yg batil, meski mereka berbeda pendapat, tapi hal itu tidak menimbulkan fitnah (kegaduhan), karena mereka saling memahami antara satu dengan yg lainnya.
(Kedua): Tingkatan bawah, yaitu tingkatan orang-orang awam, yg masih di atas fitrahnya, mereka tidak benci kebenaran, mereka adalah pengikut orang-orang yg menjadi panutannya. Apabila panutannya benar, maka mereka pun demikian. Apabila panutannya dalam kebatilan, maka mereka juga seperti itu.
(Ketiga): Tingkatan tengah, inilah tempat munculnya keburukan dan sumber fitnah dalam agama. Mereka ini tidak belajar ilmu dg mendalam hingga sampai pada tingkatan pertama, mereka juga tidak meninggalkan ilmu hingga turun ke tingkatan bawah.
Mereka ini jika melihat orang yg berada di 'tingkatan atas' mengatakan perkataan yg tidak mereka ketahui, perkataan yg menyelisihi apa yg mereka yakini, yg sebabnya adalah kekurangan mereka (dlm mendalami ilmu); mereka akan lepaskan panah-panah celaan, dan mereka mengangap perkataan (ulama) itu sangat buruk.
Di sisi lain, mereka juga merusak fitrah orang-orang yg berada di tingkatan bawah dari menerima kebenaran, dengan penjelasan-penjelasan batil yg menyesatkan.
Maka, ketika itulah fitnah-fitnah dalam agama ini muncul dengan kuat".
Setelah menyebutkan perkataan ini, Imam Syaukani -rahimahullah- mengatakan: "Sungguh benar apa yg dia katakan, dan siapapun yg merenungi hal ini, ia akan mendapatinya seperti itu".
[Sumber: Al-Badrut Thaali', hal 511].
-------
Jika demikian adanya, maka harusnya setiap dari kita memahami posisi masing-masing, dan hendaknya setiap dari kita menjaga diri dan lisan, agar jangan sampai menzalimi orang lain.
Ingatlah selalu sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam-: "Seorang muslim (sejati) adalah orang yg kaum muslimin selamat dari (keburukan) tangan dan lisan dia". [HR. Bukhari: 10, dan Muslim: 64].
Silahkan dishare... semoga bermanfaat...
Post a Comment