MUNGKINKAH INI KALI TERAKHIR ANDA MENATAP WAJAH IBUMU
Berikut ini adalah resume dari suatu sesi tanya jawab pada kajian Ustadz DR. Syafiq bin Riza bin Basalamah, Lc MA hafidzahullah dengan tema "Bangkai Hidup" pada Sabtu, 23 Mei 2015 M di Masjid Ar Rahmat, Slipi.
Sebelum memulai kajian Ustadz mereview jamaah dengan pertanyaan-pertanyaan kajian sebelumnya seperti Rumah ku masih ngontrak, ½ isi ½ kosong, dll. terlihat antusiame jamaah muda dan tua menjawab pertanyaan sang ustadz.
Sekitar pukul 10.20-an ustadz menutup sessi kajian dan langsung di lanjutkan sesi tanyajawab. Pertanyaan diawali dgn kertas pertanyaan mengenai diri ustadz “Ustadz!, agar tidak ada ghibah diantara jamaah ikhwan/ akhwat , berapakah jumlah istri antum saat ini?
Ustadz muda ini pun menjawab,
BENAR! saat ini saya ada 4 anak dari 1 istri, mohon do’a agar tetap dengan satu istri ini. Sehingga bertasbih lah seluruh jamaah terutama jamaah akhwat di lantai bawah. Sehingga ustadz muda ini pun menegaskan agar tidak meng-gibah lagi diantara jamaah.
Selanjutnya ada satu pertanyaan dan sungguh jawabannya-lah yang sangat menyentuh hati ribuan jamaah yg hadir. Semua tunduk bersimpuh, khusu’, hening yang terdengar hanya suara lirih ustadz dan isak tangis para jamaah.
Dibacakan lah pertanyaan nya,
“Ustadz, bagaimana cara agar saya yang di Jakarta, tetap bisa bermuamalah baik kepada orangtua saya yang tinggal di Bogor?”
Ustadz pun menjawab ringan diselipi senyum dan canda khasnya..
“Ya akhi.. ana ini orang jember mau tanya ke hadirin, di Jakarta ada kereta gaks? Cepat kan ya akhiperjalanan kereta ? Ada kan
kereta-nya yaa masya Allah.. Naik
kereta kan bisa ya akhi.. nggak
kayak dulu harus naik Unta.. lama sampainya.. ”
kereta-nya yaa masya Allah.. Naik
kereta kan bisa ya akhi.. nggak
kayak dulu harus naik Unta.. lama sampainya.. ”
Jama'ah pun tertawa.Intinya saya mencatat kendala jarak dan waktu jangan sampai menjadi kita tidak birrul walidayn (berbakti pada kedua orangtua) dan menjadi bangkai hidup.
Tak bebeberapa detik kemudian, mendadak wajah Ustadz berubah. beliau tertunduk. Saya yang duduk dibarisan depan tepatnya arah jam 1 melihat dengan jelas beliau merapihkan kertas-kertas tanya jawab yg menumpuk menutupi kitab ustadz dan terlihat matanya berkaca-kaca, sambil tertunduk seakan (ingin menutupi kondisi beliau) namun akhirnya beliau pun angkat bicara dengan suara parau.
“Ana mau cerita kisah nyata yang ana dengar dari syaikh saat menuntut ilmu di Madinah. Semoga ana dan antum semua yg hadir bisa mendapat ibrah (pelajaran) & faidah.dari kisah ini.”
Sepasang suami istri, telah menikah 21 tahun lamanya, namun suami ini jarang sekali mengunjungi ibu-nya sendiri kecuali hanya pada hari raya saja.
Di suatu malam istri bertanya,
“Wahai Suamiku, tidak inginkah kau keluar malam ini dengan seorang wanita?”
Suami terkejut.
“Bersama seorang wanita? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?
Sang istri berkata, “iya, Seorang wanita, Ibu-mu… Ibu-mu, wahai suamiku..”. Si suami terheran dan terdiam, merenungkan dan menyadari bahwa selama ini ia tak memiliki waktu khusus dengan ibunya. Terlebih di usia 40 tahun ini ia sibuk dgn istri , keluarga dan pekerjaannya. Ia pun segera menelpon ibu-nya, hanya untuk mengajak makan malam bersama. Saat si anak mengutarakan keinginannya, ibu-nya terheran-heran dan bingung.
“Ada apa anakku? Apa yang terjadi?
Ada apa dengan istri & anak2mu?
Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?”
Ada apa dengan istri & anak2mu?
Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?”
“Tidak ibu, istri & anak-anaku baik, pekerjaan ku juga lancar dan tidak ada apa-apa, sungguh bu tidak ada apa-apa. Begini Ibu… Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam. Bagaimana bu ? bisa yaa”
Di ujung telepon, sang ibu sangat terharu. Karena setelah sekian lama, akhirnya ia memiliki waktu khusus bersama puteranya seperti tak kala dahulu menyusui, mendidik dan mengantar puteranya sekolah.
Sore itu juga putera nya menuju rumah sang ibu, sesampai di rumah ibunya, terlihat dengan jelas ibunya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian rapih senyum yang tulus menyambut puteranya tercintanya. Sangat terlihat bahwa ibu-nya tak ingin terbuang waktunya barang sedetikpun.
Setelah salam keduanya menuju mobil dan masuklah ke dalam mobil, senyum kebahagiaan terus terlihat jelas dipipi sang ibu, sepanjang perjalananpun sang ibu memperhatikan puteranya dan tersenyum kepada puteranya hingga berkatalah,
Ibu “Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini .. terimakasih ya nak…..”
Puteranya pun membalasnya,
“sama bu begitu juga aku, bu..”, sambil mencium tangan sang ibu.
Lalu mereka pun berangkat menuju restoran.
Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang. Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan sesekali menyuapkan hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan tak ingin melewatkan waktu terbuang sedikitpun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak dimiliki oleh istrinya sekalipun.
Dilanjutkan oleh ustadz bahwa singkat cerita, tak lama beberapa pekan dari makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun.
Masyaallah…Qoddarallah. Pertemuan makan malam itu adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya.Si anak menyesali diri akan yang telah di perbuatnya selama ini. Ya itulah malam terakhir , sungguh episode hidup yang memang diatur oleh Allah jalla Jalaluhu. Kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah(Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah jalla jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi-Nya.
Beberapa hari setelah kepergian sang ibu, si anak mendadak dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai manager dari salah satu restoran.
“Assalamu’alaikum, apakah benar Anda bernama fulan bin fulan? ,
Naam benar, itu nama saya,.. jawab si anak”. “Bapak, Anda dan sekeluarga diundang oleh seseorang untuk makan malam nanti di restoran kami,” ujar manager restoran tersebut.
“Oh begitu..sambil keheranan, Kalau boleh tahu, siapa yang mengundang ya, pak?” ujarnya dengan keheranan.
“Seseorang pak,” jawab si manager.
Singkat cerita Ia pun datang bersama keluarga memenuhi undangan makan malam. Lalu ia bertanya kepada pramusaji “Maaf mas, sebenarnya siapa yang
mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?”. Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office.
mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?”. Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office.
Tak lama pramusaji datang kembali Pramu saji tersebut menjelaskan bahwa tempat dan menu ini sudah dipesan beberapa pekan yang lalu namun pramusaji menegaskan kami untuk tenang karena semua sudah di bayar oleh si pemesan.
Pramu saji pun mohon maaf karena ternyata front office sudah berusaha menghubungi si pemesan namun tidak berhasil. Si anak, istri dan keluarganya pun semakin heran. Ditengah keheranan nya keluarga tersebut mendengar nama pemesan adalah nama yang sangat tidak asing di telinga keluarga bahkan si anak.
Nama pemesannya adalah Ibunda tercinta yang telah wafat namun sudah memesan menu, tata letak persis seperti pertemuan makan malam terakhir mereka.
------
Jadi, pembaca sekalian, jadilah kita manusia yang hidup – bukan bangkai hidup.
Jadi, pembaca sekalian, jadilah kita manusia yang hidup – bukan bangkai hidup.
Semoga bermanfaat..
assunnah.tumblr.com |
Post a Comment