Nasehat Syaikh Utsaimin Berkenaan Dengan Datangnya Bulan Ramadhan
Berikut adalah nasehat dari syaikh utsaimin rahimahullah kepada kaum muslimin berkaitan denan datangnya bulan ramadhan. Silahkan disimak dan semoga kita bisa mengamalkannya.
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Berkenan dengan datangnya bulan Ramadhan, yang bulan itu sebagai musim ibadah dan ketaatan. Alangkah baiknya jika Anda berkenan memberikan nasihat kepada kaum muslimin berkaitan dengan hal ini. Semoga Allah Azza wa Jalla menjaga, menolong dan memberikan taufiq kepada Anda.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Berkenan dengan datangnya bulan Ramadhan, yang bulan itu sebagai musim ibadah dan ketaatan. Alangkah baiknya jika Anda berkenan memberikan nasihat kepada kaum muslimin berkaitan dengan hal ini. Semoga Allah Azza wa Jalla menjaga, menolong dan memberikan taufiq kepada Anda.
Jawaban
Sebuah kalimat yang saya tujukan kepada kaum muslimin, bahwasanya pada bulan ini terdapat tiga macam ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa, dan qiyam (berdiri untuk shalat).
Sebuah kalimat yang saya tujukan kepada kaum muslimin, bahwasanya pada bulan ini terdapat tiga macam ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa, dan qiyam (berdiri untuk shalat).
1. Zakat
Kebanyakan manusia menunaikan zakatnya pada bulan ini. Menunaikan zakat dengan penuh amanah merupakan kewajiban setiap orang. Hendaknya seseorang merasa bahwa zakat merupakan ibadah dan sebagai salah satu kewajiban Islam. Dengan itu, ia bisa mendekatkan diri kepada Rabbnya dan melaksanakan salah satu dari rukun Islam yang agung. Membayar zakat bukan sebuah kerugian sebagaimana yang digambarkan syaitan.
Kebanyakan manusia menunaikan zakatnya pada bulan ini. Menunaikan zakat dengan penuh amanah merupakan kewajiban setiap orang. Hendaknya seseorang merasa bahwa zakat merupakan ibadah dan sebagai salah satu kewajiban Islam. Dengan itu, ia bisa mendekatkan diri kepada Rabbnya dan melaksanakan salah satu dari rukun Islam yang agung. Membayar zakat bukan sebuah kerugian sebagaimana yang digambarkan syaitan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
الشَّيْطَانُ
يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ
يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir). Sedangkan Allah menjanjikan kepadamu ampunan
dari-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lag Maha
Mengetahui” [al-Baqarah/2 : 268]
Bahkan membayar zakat sebenarnya merupakan keuntungan. Karena Allah Azza wa Jalla telah berfirman.
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ
وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir. Pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” [al-Baqarah/2 : 261]
وَمَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ
وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا
وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ
فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan
perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka adalah seperti kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat itu
tidak menyiraminya, maka hujan gerimispun (telah cukup baginya). Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” [al-Baqarah/2 : 265]
Kemudian
hendaknya seorang muslim mengeluarkan zakat yang wajib atasnya, baik
dari harta yang sedikit maupun banyak. Selalu mengintropeksi diri dan
tidak melalaikan setiap yang wajib dizakati, melainkan ia
membayarkannya. Dengan demikian, dia akan terbebas dari tanggungan dan
ancaman dahsyat, sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman.
وَلَا
يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا
بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil terhadap harta-harta yang Allah
berikan kepada mereka sebagai karunia-Nya itu menyangka bahwa kebakhilan
itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka.
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada
hari Kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala urusan(yang ada) di langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Ali-Imran/3 :
180]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.
وَالَّذِينَ
يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ﴿٣٤﴾ يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا
فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ
وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا
كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
“Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkan pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam
neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, ‘Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu” [at-Taubah/9 : 34-35]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَلَمْ يُؤَدِّ
زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ
لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ
بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ
“Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah
Azza wa Jalla, lalu ia tidak menunaikan zakatnya, (maka) pada hari
Kiamat hartanya dijelmakan menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang putih
kepalanya, karena banyaknya racun pada kepala itu) yang berbusa di dua
sudut mulutnya. Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.
Ular itu mencengkeram dengan kedua rahangnya, lalu ular itu berkata,
‘Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu”.
Adapun ayat yang kedua, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkannya dengan bersabda.
مَا مِنْ
صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ
عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ
وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ
خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى
سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Tidaklah
pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya (yaitu zakat)
melainkan pada hari Kiamat akan dijadikan lempengan-lempengan di neraka.
Kemudian dipanaskan di dalam neraka Jahannam. Lalu dibakarlah dahi,
lambung dan punggungnya. Tiap-tiap lempengan itu dingin kembali
(dipanaskan dalam neraka Jahannam) untuk (menyiksa)nya. (Hal itu
dilakukan pada hari Kiamat), yang satu hari sebanding dengan 50 ribu
tahun, hingga diputuskan (hukuman) di antara seluruh hamba. Kemudian dia
akan melihat (atau akan diperlihatkan) jalannya. Apakah dia menuju
surga atau neraka.
Demikian
juga wajib baginya untuk memberikan zakat kepada orang yang berhak
menerimnya. Janganlah membayar zakat hanya sebagai kebiasaan atau dalam
keadaan terpaksa. Dan dengan pembayaran zakat itu, (kemudian) tidak
(berarti) menjadikan kewajiban-kewajiban selain zakat menjadi gugur.
Sehingga dengan demikian, pembayaran zakat akan menjadi amalan yang
diterima.
2. Adapun Perkara Kedua Yang Dilakukan Kaum Muslimin Pada Bulan Ini, Ialah Puasa Ramadhan, Satu Diantara Rukun-Rukun Islam.
Adapun manfaat puasa, ialah sebagaimana telah disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.”
[al-Baqarah/2 : 183]
Maka
manfaat puasa yang sesungguhnya, ialah takwa kepada Allah Azza wa Jalla
dengan cara melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Sehingga manusia melaksanakan apa yang diwajibkan Allah Azza wa Jalla
kepadanya, yaitu berupa bersuci dan shalat, serta menjauhi yang telah
Allah Azza wa Jalla haramkan baginya, seperti berdusta, menggunjing, dan
menipu, serta lalai dengan kewajiban-kewajibannya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan masih juga melakukannya,
serta melakukan perbuatan-perbuatan bodoh, maka Allah tidak membutuhkan
terhadap puasanya, meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya”.
Yang
amat disayangkan, kebanyakan kaum muslimin yang berpuasa pada bulan ini,
perbuatan mereka tidak jauh berbeda dengan tatkala hari-hari berbuka
(saat tidak berpuasa). Terkadang antara mereka dijumpai ada yang masih
melalaikan kewajiban atau melakukan keharaman. Dan sekali lagi, ini
sangat disesalkan. Adapun mukmin yang berakal, ialah mereka yang tidak
menjadikan hari-hari puasanya sama seperti hari-hari berbukanya. Akan
tetapi (sudah menjadi keharusan), apabila pada hari-hari puasanya, ia
menjadi hamba yang lebih bertakwa dan lebih taat kepadaNya.
3. Perkara Ketiga, Yaitu Qiyam (Berdiri Untuk Shalat)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajak untuk melakukan qiyam dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajak untuk melakukan qiyam dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
yang melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan
mengharapkan balasan, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lewat”.
Sebagaimana
telah dimaklumi, qiyam Ramadhan ini mencakup shalat-shalat sunnah pada
malam hari dan shalat tarawih. Oleh karena itu, seharusnya setiap orang
supaya memperhatikan dan menjaganya, serta berusaha mengikuti imam
shalat sampai selesai. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Barangsiapa yang shalam (malam) bersama imam hingga selesai shalatnya, akan ditulis (pahala) shalat semalaman”.
Adapun
bagi para imam yang mengimami manusia pada shalat tarawih, mereka wajib
bertakwa kepada Allah dalam hal-hal yang berkaitan dengan ma’mum. Mereka
harus shalat dengan tuma’ninah dan tenang (tidak tergesa-tergesa),
sehingga para ma’mum bisa melaksanakan setiap kewajiabn dan
amalan-amalan sunnah sebaik mungkin. Sedangkan yang dilakukan kebanyakan
manusia pada hari ini. Mereka shalat secara cepat sehingga tidak
tuma’ninah. Padahal tuma’ninah merupakan bagian dari rukun-rukun shalat.
Shalat tidak sah kecuali dengan tuma’ninah. Oleh karena itu,
tergesa-gesa dalam shalat adalah haram. Sebab (1) mereka meninggalkan
tuma’ninah, (2) seandainya mereka (imam) tidak meninggalkan tuma’ninah,
maka sesungguhnya mereka menjadikan lelah orang-orang yang di
belakangnya serta menyebabkan orang-orang itu meninggalkan tuma’ninah.
Oleh
karena itu, seseorang yang mengimami manusia, jangan seperti jika ia
shalat sendiri. Dia harus menjaga amanah terhadap manusia dan
melaksanakan shalat dengan benar. Para ulama telah menyebutkan,
bahwasanaya seorang imam dimakruhkan untuk mempercepat shalat sehingga
menghalangi ma’mum untuk melaksanakan amalan sunnah. (Apabila demikian
keadaannya), maka bagaimana jika imam mempercepat shalat sehingga
menghalangi ma’mum dari mengerjakan sesuatu yang wajib?
Sumber: http://almanhaj.or.id/content/3943/slash/0/nasihat-menjelang-bulan-ramadhan/
Sumber: http://almanhaj.or.id/content/3943/slash/0/nasihat-menjelang-bulan-ramadhan/
Post a Comment