Menahan Marah Adalah Kunci Segala Kebaikan
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni Hafizhahullah (www.manisnyaiman.com)
Artikel ini kelanjutan dari artikel sebelumnya: Keutamaan Menahan Amarah
Dalam sebuah hadits shahih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat beliau. Orang itu berkata, “Berilah wasiat (nasehat) kepadaku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” Kemudian orang itu mengulang berkali-kali meminta nasihat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjawab, “Janganlah engkau marah.”[1]
Orang ini datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasihat yang ringkas dan menghimpun semua sifat baik, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya untuk selalu menahan kemarahan. Kemudian orang tersebut mengulang permintaan nasihat berkali-kali dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban yang sama, “Janganlah engkau marah.” Ini semua menunjukkan bahwa melampiaskan kemarahan adalah sumber segala keburukan dan menahannya adalah penghimpun segala kebaikan[2].
Imam Ja’far bin Muhammad berkata, “(Melampiaskan) kemarahan adalah kunci segala keburukan.”
Imam Abdullah bin al-Mubarak al-Marwazi, ketika dikatakan kepada beliau: Sampaikanlah kepada kami (nasihat) yang menghimpun semua akhlak yang baik dalam satu kalimat. Beliau berkata, “(Yaitu) meninggalkan (menahan) kemarahan.”
Demikian pula Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ishak bin Rahuyah ketika menjelaskan makna akhlak yang baik, mereka berdua mengatakan, “(Yaitu) meninggalkan (menahan) kemarahan.”[3]
Maka, perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas: “Janganlah engkau marah” berarti perintah untuk melakukan sebab (menahan kemarahan) yang akan melahirkan akhlak yang baik, yaitu: sifat lemah lembut, dermawan, malu, merendahkan diri, sabar, tidak menyakiti orang lain, memaafkan, ramah dan sifat-sifat baik lainnya yang akan muncul ketika seseorang berusaha menahan kemarahannya pada saat timbul sebab-sebab yang memancing kemarahannya[4].
[1] Hadits shahih riwayat al-Bukhari (no. 5765).
[2] Keterangan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam (hal. 144).
[3] Semua ucapan di atas dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam (hal. 145).
[4] Lihat keterangan imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam (hal. 145).
Artikel ini kelanjutan dari artikel sebelumnya: Keutamaan Menahan Amarah
Dalam sebuah hadits shahih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat beliau. Orang itu berkata, “Berilah wasiat (nasehat) kepadaku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” Kemudian orang itu mengulang berkali-kali meminta nasihat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjawab, “Janganlah engkau marah.”[1]
Orang ini datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasihat yang ringkas dan menghimpun semua sifat baik, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya untuk selalu menahan kemarahan. Kemudian orang tersebut mengulang permintaan nasihat berkali-kali dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban yang sama, “Janganlah engkau marah.” Ini semua menunjukkan bahwa melampiaskan kemarahan adalah sumber segala keburukan dan menahannya adalah penghimpun segala kebaikan[2].
Imam Ja’far bin Muhammad berkata, “(Melampiaskan) kemarahan adalah kunci segala keburukan.”
Imam Abdullah bin al-Mubarak al-Marwazi, ketika dikatakan kepada beliau: Sampaikanlah kepada kami (nasihat) yang menghimpun semua akhlak yang baik dalam satu kalimat. Beliau berkata, “(Yaitu) meninggalkan (menahan) kemarahan.”
Demikian pula Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ishak bin Rahuyah ketika menjelaskan makna akhlak yang baik, mereka berdua mengatakan, “(Yaitu) meninggalkan (menahan) kemarahan.”[3]
Maka, perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas: “Janganlah engkau marah” berarti perintah untuk melakukan sebab (menahan kemarahan) yang akan melahirkan akhlak yang baik, yaitu: sifat lemah lembut, dermawan, malu, merendahkan diri, sabar, tidak menyakiti orang lain, memaafkan, ramah dan sifat-sifat baik lainnya yang akan muncul ketika seseorang berusaha menahan kemarahannya pada saat timbul sebab-sebab yang memancing kemarahannya[4].
[1] Hadits shahih riwayat al-Bukhari (no. 5765).
[2] Keterangan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam (hal. 144).
[3] Semua ucapan di atas dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam (hal. 145).
[4] Lihat keterangan imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi wal Hikam (hal. 145).
Post a Comment