Ahlussunnah Bicara “Apakah Allah turun ke langit dunia setiap sepertigamalam terakhir ?”
Ahlus-Sunnah mengimani sifat Nuzul (turun) sebagaimana adanya. Dengannya Ahlus-Sunnah tidak pernah menyamakan turunnya Allah dengan turunnya makhluk. Cara pemahaman dalam hal ini adalah sebagaimana telah dituliskan di atas, yaitu tanpa tahrif, takyif, ta’thil, dan tamtsil/tasybih.
Dari Muhammad bin Sallam ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak (seorang ulama tabi’i yang mulia) tentang turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban. Beliau menjawab : “O, riwayat Nishfu Sya’ban itu lemah. Justru Allah turun setiap malam”. Seorang laki-laki menyela : “Bagaimana Dia turun ? Berarti tempat bersemayam-Nya kosong ?”. Beliau menjawab : “Dia turun dengan cara yang Dia kehendaki” [‘Aqidatus-Salaf Ashhaabil-Hadits oleh Abu ‘Utsman Isma’il Ash-Shabuni hal. 48 no. 42, tahqiq dan takhrij : Badr bin ’Abdillah Al-Badr; Maktabah Al-Ghurabaa’ Al-Atsariyyah, Cet. 2/1415].
Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah pernah ditanya berkenaan dengan hadits An-Nuzul. Maka beliau menjawab :
“Dia (Allah) turun tanpa ada pertanyaan : ‘bagaimana’ (yaitu : dengan cara yang tidak kita ketahui)” [‘Aqidatus-Salaf Ashhaabil-Hadits oleh Abu ‘Utsman Isma’il Ash-Shabuni hal. 48 no. 73, tahqiq dan takhrij : Badr bin ’Abdillah Al-Badr; Maktabah Al-Ghurabaa’ Al-Atsariyyah, Cet. 2/1415].
Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata :
“Telah diriwayatkan oleh ulama Hijaz dan ‘Iraq dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang turunnya Rabb ‘azza wa jalla ke langit dunia (langit terendah) pada setiap malam, yang kami akui dengan pengakuan seorang yang mengaku dengan lidahnya, membenarkan dengan hatinya, serta meyakini keterangan yang tercantum di dalam khabar-khabar tentang turunnya Allah ‘azza wa jalla tanpa menggambarkan kaifiyah-nya (bagaimananya), karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memang tidak menjelaskan kepada kita tentang kaifiyah (cara) turunnya Khaliq kita ke langit dunia dan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam hanya memberitahukan kepada kita bahwa Rabb kita turun. Sementara itu, Allah ‘azza wa jalla dan juga Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidaklah meninggalkan satu penjelasan pun (untuk disampaikan) bagi kaum muslimin yang dibutuhkan dari perkara agama mereka. Oleh karena itu, kita mengatakan dan membenarkan apa-apa yang terdapat di dalam khabar-khabar ini perihal turunnya Rabb, tanpa memaksakan diri membicarakan sifat dan kaifiyahnya, sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memang tidak mensifatkan kepada kita tentang kaifiyah turun-Nya” [Kitabut-Tauhid oleh Ibnu Khuzaimah 1/289-290, tahqiq : Dr. ‘Abdul-‘Aziz bin Ibrahim Syahwan; Daarur-Rusyd, Cet. 1/1408].
Telah berkata Al-Imam Ibnul-Imam ‘Abdirrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Abu Syu’aib dan Abu Tsaur, dari Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala, ia berkata : “Perkataan yang masuk dalam perkara Sunnah dimana aku berada di atasnya, dan aku melihat para shahabat kami juga berada di atasnya dari kalangan Ahlul-Hadits yang aku saksikan dan aku mengambil ilmunya seperti Sufyan, Malik, dan selainnya : (Yaitu) Penegaskan atas kesaksian bahwasannya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasannya Muhammad itu utusan Allah. Sesungguhnya Allah ta’ala berada di atas ‘Arsy-Nya di atas langit-Nya, mendekat kepada makhluk-Nya sebagaimana yang Ia kehendaki. Dan sesungguhnya Allah ta’ala turun ke langit dunia menurut bagaimana yang Ia kehendaki” [Ijtimaa’ul-Juyuusy hal. 118 oleh Ibnul-Qayyim; Maktabah Al-Misykah].
Hal itu sesuai dengan apa disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun setiap malamnya ke langit dunia pada saat tinggal sepertiga malam yang terakhir. Maka Allah berfirman : ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku beri. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni” [HR. Al-Bukhari no. 7494 dan Muslim no. 758].
Hadits-hadits tentang nuzul ini mencapai derajat mutawatir.
Penulis: ust. Abu Jauzaa (http://abul-jauzaa.blogspot.com)
عن محمد بن سلام قال : سألت عبد الله بن مبارك في نزول الرب ليلة نصف من شعبان. فقال عبد الله : يا ضعيف ليلة النصف، ينزل في كل ليلة. فقال الرجل : يا أبا عبد الرحمن، كيف ينزل ؟ أليس يخلو ذلك المكان منه ؟. فقال : ينزل كيف يشاء
Dari Muhammad bin Sallam ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak (seorang ulama tabi’i yang mulia) tentang turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban. Beliau menjawab : “O, riwayat Nishfu Sya’ban itu lemah. Justru Allah turun setiap malam”. Seorang laki-laki menyela : “Bagaimana Dia turun ? Berarti tempat bersemayam-Nya kosong ?”. Beliau menjawab : “Dia turun dengan cara yang Dia kehendaki” [‘Aqidatus-Salaf Ashhaabil-Hadits oleh Abu ‘Utsman Isma’il Ash-Shabuni hal. 48 no. 42, tahqiq dan takhrij : Badr bin ’Abdillah Al-Badr; Maktabah Al-Ghurabaa’ Al-Atsariyyah, Cet. 2/1415].
Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah pernah ditanya berkenaan dengan hadits An-Nuzul. Maka beliau menjawab :
ينزل بلا كيف
“Dia (Allah) turun tanpa ada pertanyaan : ‘bagaimana’ (yaitu : dengan cara yang tidak kita ketahui)” [‘Aqidatus-Salaf Ashhaabil-Hadits oleh Abu ‘Utsman Isma’il Ash-Shabuni hal. 48 no. 73, tahqiq dan takhrij : Badr bin ’Abdillah Al-Badr; Maktabah Al-Ghurabaa’ Al-Atsariyyah, Cet. 2/1415].
Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata :
رواها علماء الحجاز والعراق، عن النبي صلى الله عليه وسلم في نزول الرب (جل وعلا) إلى السماء الدنيا، كل ليلة نشهد شهادة مقر بلسانه، مصدق بقلبه مستيقن بما في هذه الأخبار من ذكر نزول الرب، من غير أن نصف الكيفية، لأن نبينا المصطفى لم يصف لنا كيفيه نزول خالقنا إلى سماء الدنيا، وأعلمنا أنه ينزل. والله (جل وعلا) لم يترك، ولا نبيه صلى الله عليه وسلم بيان ما بالمسلمين الحاجة إليه، من أمر دينهم.
فنحن قائلون مصدقون بما في هذه الاخبار من ذكر النزول غير متكلفين القول بصفته أو بصفة الكيفية، إذ النبي صلى الله عليه وسلم لم يصف لنا كيفيه النزول.
فنحن قائلون مصدقون بما في هذه الاخبار من ذكر النزول غير متكلفين القول بصفته أو بصفة الكيفية، إذ النبي صلى الله عليه وسلم لم يصف لنا كيفيه النزول.
“Telah diriwayatkan oleh ulama Hijaz dan ‘Iraq dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang turunnya Rabb ‘azza wa jalla ke langit dunia (langit terendah) pada setiap malam, yang kami akui dengan pengakuan seorang yang mengaku dengan lidahnya, membenarkan dengan hatinya, serta meyakini keterangan yang tercantum di dalam khabar-khabar tentang turunnya Allah ‘azza wa jalla tanpa menggambarkan kaifiyah-nya (bagaimananya), karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam memang tidak menjelaskan kepada kita tentang kaifiyah (cara) turunnya Khaliq kita ke langit dunia dan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam hanya memberitahukan kepada kita bahwa Rabb kita turun. Sementara itu, Allah ‘azza wa jalla dan juga Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidaklah meninggalkan satu penjelasan pun (untuk disampaikan) bagi kaum muslimin yang dibutuhkan dari perkara agama mereka. Oleh karena itu, kita mengatakan dan membenarkan apa-apa yang terdapat di dalam khabar-khabar ini perihal turunnya Rabb, tanpa memaksakan diri membicarakan sifat dan kaifiyahnya, sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memang tidak mensifatkan kepada kita tentang kaifiyah turun-Nya” [Kitabut-Tauhid oleh Ibnu Khuzaimah 1/289-290, tahqiq : Dr. ‘Abdul-‘Aziz bin Ibrahim Syahwan; Daarur-Rusyd, Cet. 1/1408].
قال الإمام ابن الإمام عبد الرحمن بن أبي حاتم الرازي حدثنا أبو شعيب وأبو ثور عن أبي عبد الله محمد بن إدريس الشافعي رحمه الله تعالى قال القول في السنة التي أنا عليها ورأيت أصحابنا عليها أهل الحديث الذين رأيتهم وأخذت عنهم مثل سفيان ومالك وغيرهما الاقرار بشهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وأن الله تعالى على عرشه في سمائه يقرب من خلقه كيف شاء وأن الله تعالى ينزل إلى سماء الدنيا كيف شاء
Telah berkata Al-Imam Ibnul-Imam ‘Abdirrahman bin Abi Hatim Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Abu Syu’aib dan Abu Tsaur, dari Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullah ta’ala, ia berkata : “Perkataan yang masuk dalam perkara Sunnah dimana aku berada di atasnya, dan aku melihat para shahabat kami juga berada di atasnya dari kalangan Ahlul-Hadits yang aku saksikan dan aku mengambil ilmunya seperti Sufyan, Malik, dan selainnya : (Yaitu) Penegaskan atas kesaksian bahwasannya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasannya Muhammad itu utusan Allah. Sesungguhnya Allah ta’ala berada di atas ‘Arsy-Nya di atas langit-Nya, mendekat kepada makhluk-Nya sebagaimana yang Ia kehendaki. Dan sesungguhnya Allah ta’ala turun ke langit dunia menurut bagaimana yang Ia kehendaki” [Ijtimaa’ul-Juyuusy hal. 118 oleh Ibnul-Qayyim; Maktabah Al-Misykah].
Hal itu sesuai dengan apa disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول من يدعوني فأستجيب له ومن يسألني فأعطيه ومن يستغفرني فأغفر له
“Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun setiap malamnya ke langit dunia pada saat tinggal sepertiga malam yang terakhir. Maka Allah berfirman : ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku beri. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni” [HR. Al-Bukhari no. 7494 dan Muslim no. 758].
Hadits-hadits tentang nuzul ini mencapai derajat mutawatir.
Penulis: ust. Abu Jauzaa (http://abul-jauzaa.blogspot.com)
Post a Comment